Cocoretan Orang Sunda
1. TIDAK BISA MENGATAKAN ‘TIDAK’:
- Biasanya karena merasa takut diputus hubungan oleh pacarnya. Cara untuk mempertahankan hubungan tersebut. Padahal biasanya, sehabis itu pacar akan lari juga.
- Pacar sudah membujuk rayu sedemikian rupa, sampai akhirnya tidak bisa menolak. Habis itu, siapa yang akan bertanggung jawab ya?
- Biasanya dijadikan alasan sebagai pembuktian cinta. Sebenarnya kalau benar-benar cinta, akan menjaga supaya hubungan seks dilakukan setelah menikah.
2. MERASA BUKAN ANAK GAUL
Dengan pernah melakukan seks, dianggap ‘Gaul’. Salah besar padahal. Akan tetapi, banyak remaja yang punya konsep diri rendah tetap melakukannya supaya dianggap ‘Gaul’.
3. BISNIS
Prostitusi semakin merebak, sekedar iming-iming Blackberry dapat membuat remaja melakukannya loh! Di beberapa daerah, remaja juga dijadikan alat bisnis oleh orang tuanya atau juga karena masalah kemiskinan.
4. NILAI AGAMA YANG BERKURANG
Kalau dulu sih, pegangan tangan lawan jenis saja, kayaknya tabu sekali. Agama yang dijadikan alasan. Katanya secara agama tidak boleh. Tapi, sekarang mungkin sudah biasa yah? Ajarannya sih masih sama, akan tetapi nilai-nilainya mungkin sudah mulai bergeser kali tampaknya…
5. TAYANGAN TV
Wah, ini jangan ditanya deh. Dicekokin tiap hari dengan tayangan sinetron, infotainment, film, dll. Apa tidak rusak jadinya? Minimal membuat remaja ada keinginan ingin mencoba? Hm…jangan sampai kejadian deh ya...
6. GAYA HIDUP
Nah, akhirnya ada beberapa orang malah sudah menjalaninya sebagai gaya hidup. Sudah biasa saja. Ckckck…
Akan tetapi, saya yakin dan optimis, masih banyak remaja yang mempunyai sikap dan prinsip yang kuat dengan rumus ini :
PACARAN + CINTA = PERNIKAHAN, baru kemudian SEKS
Sekedar berkaca dari remaja. Mereka adalah remaja yang mempunyai sikap dan konsep diri yang baik. Remaja-remaja dari kalangan bawah tersebut, meskipun seringkali terpaksa bekerja untuk membantu orang tua mereka, tetap punya prinsip untuk tidak melakukan seks pranikah. Mereka tahu bahwa mereka akan berkata ‘TIDAK’ dan belajar menghargai diri mereka sendiri.
Bagaimanapun, pendidikan seks tetap perlu dilakukan agar hal ini tidak terjadi lagi. Lagi-lagi, ini PR siapa ya? Orang tua, guru, atau remajanya sendiri?
Yang pasti : REMAJA TETAP PUNYA MASA DEPAN!
Categories:
Andri Apriadi